Tuesday, July 10, 2018

Jatuh Cinta pada Waktu


Selasa, 10 Juli 2018


Aku baru saja menonton film drama buatan Jepang, bagus sekali. Akhir-akhir ini hampir di setiap jengkal keliling hidupku berisi drama. Jadi pikirku, untuk apa lagi menjumpainya dalam film, jika aktifitas sehari-hari sama saja sensasinya.

Sudah lama aku tidak menyempatkan waktu berziarah pada romantika cinta yang manis dan jernih. Terakhir beberapa bulan yang lalu, saat The Shape of Water buat ku herman heran dengan kisah rumit antara perempuan bisu dengan manusia ikan. Oh semesta, what the hell is this? Mungkin benar sejatinya cinta adalah esa, kita yang berbeda-beda.


Oh iya kembali lagi pada film Jepang yang ingin kuceritakan. Judulnya versi asli adalah Boku wa asu, kinou no kimi to dêto suru, kemudian dalam versi internasionalnya menjadi Tomorrow I Will Date with Yesterday's You.



Film ini sudah lama sekali ingin ku selesaikan. Namun ada saja distraksi hidup yang datang mengganggu. Satu hal yang paling ingin kubagi adalah plot dari film ini. Aku jatuh cinta dengan permainan waktu yang disuguhkan. Adegan dalam film ini buatku tergolong biasa, sinematografinya juga tidak terlalu spesial, namun kekuatan plot dan gagasan utama yang membuat sudut pandangku akan cinta semakin kaya raya.

Cerita tentang seniman muda bernama Takatoshi, pria yang jatuh cinta pada pandang pertama di sebuah stasiun kereta. Orang-orang Jepang sebagaian besar, memulai kisah asmara mereka dari kereta. Tidak mungkin gojek, tidak juga grab. Sangat template.

Sang perempuan bernama Emi Fukuju. Mereka berdua terlihat seperti pasangan muda belia standar nasional pada umumnya. Benar-benar tidak mencurigakan. Seperti relationship goals. Tapi bukan jatuh cinta namanya kalau akan menjadi biasa saja.

Takatoshi dan Emi, berasal dari ruang waktu yang berbeda. Pernah dengar tentang gosip dunia paralel? Secara teori, dunia paralel adalah dunia yang menyerupai dunia yang kita tinggali dengan segala kemiripan isinya. Sebagai gambarannya, kamu bisa melihat penampakan diri kamu saat berdiri di depan cermin. Alam jagat raya ini terdiri dari sembilan dimensi, dengan kata lain, di luar sana ada sejumlah bumi lainnya yang lengkap beserta isinya dan bergerak secara bersamaan.

Dunia paralel yang ditinggali Takatoshi dan Emi ditakdirkan bersentuhan. Ironis, mereka berinteraksi dengan alur waktu yang berlawanan. Semakin tua usia Takatoshi, maka ia akan menemukan Emi dalam usia yang lebih muda. Begitu juga sebaliknya. First date bagi Takatoshi, adalah farewell untuk Emi. Cinta mereka penuh dengan syarat. Hanya dapat bertemu lima tahun sekali dalam durasi tiap pertemuan tiga puluh hari saja.

Selamat tinggal pacaran beda agama. Ternyata kalian tuh belum ada apa-apanya.

***

Waktu selalu menjadi tema menarik. Baik buku, film atau teks yang berhubungan dengan plot yang ilusif bin khayali, akan selalu menyita perhatian dan membuatku penasaran. Sejuah ini film Interstellar-nya Christoper Nolan, novel Einstein's Dream Alan Lightman, serta lukisan The Persistence of Memory-nya Dali, masih menjadi karya tentang tema waktu yang paling favorit.

The Persistence of Memory (1931)

No comments:

Post a Comment