Sunday, December 18, 2016

Jalan Hidup yang Tersembunyi

Senin, 19 Desember 2016

Akhir tahun. Tidak terasa waktu lagi-lagi main selonong begitu saja. Tanpa permisi, tidak tahu adat, tidak kenal istiadat.

Gua tenggelam dalam pemikiran sendiri. Masih mencari makna mau apa manusia sebenarnya dalam hidup ini. Buku-buku menjadi pelarian yang paling ideal dan penulisnya menjadi sahabat karib yang sangat kental. Ternyata selama ini hanya perasaan agak geer. Jauh bermasa lalu, dalam bahasa yang berbeda-beda, usaha untuk mengetahui tujuan kehidupan sudah banyak dilaksanakan.

Gua pikir gua solo karir.

***

Bulan lalu gua membaca biografi Dan Brown. Begitu luasnya imajinasi manusia dalam tempat yang kira-kira hanya seukuran tempurung kelapa. Banyak hal yang membuat gua terkesima. Motivasi Dan Brown menulis, plot yang tidak terduga, dan usahanya untuk menceritakan sesuatu dari dua bahasa yang berbeda: sains dan agama.

Tidak lama gua membaca Madilog-nya Tan Malaka. Sebuah dialektika made in Indonesia. Ditulis di sampul depannya, termasuk dalam ‘100 Buku Berpengaruh dan Berkontirbusi Terhadap Gagasan Kebangsaan’ versi Tempo. Gelar yang menggetarkan. Tan Malaka bagi gua, adalah representasi pria renesains cap nusantara. Pemikirannya melebihi zamannya. Besar harapan gua, Tan Malaka menjadi idola anak-anak muda. Sehingga mereka setidaknya, punya influence yang bergizi tinggi.

***

Terakhir buku tipis dengan judul ‘Gie dan Surat-surat yang Tersembunyi’. Seperti sebuah ziarah akan cerita lama, tentang Soe Hok Gie yang gua kenal dalam impresi pertama di filmnya. Dulu sekali.

Pernah, ketika sekolah menengah pertama. Masa-masa menonton bioskop di Bekasi Trade Center pulang sekolah seorang diri. Momentum sok keren dari anak kecil yang tinggal di pinggiran Kota Bekasi. Disitu kali pertama bertemu dengan sosok yang kerap dipanggil Gie.


Catatan hariannya adalah sebuah karya yang membekas. Harta karun yang harus diindungi museum dan tentara nasional Indonesia. Ia menulis tentang kehidupan dan kemanusiaan. Dengan kejujuran. Tanpa lupa untuk setia pada keromantisan dalam setiap diksi yang dipilihnya.

Kali ini gua menemukan buku yang mengumpulkan memoar surat-suratnya yang belum pernah diterbitkan. Dengan alasan akan membahayakan sahabat dan orang terdekat. Karena banyak berisi kritikan terhadap orang-orang yang punya pengaruh dan pegang kuasa di negara kita.


***

Buku ini adalah jawaban sebuah kerinduan. Seperti gua rindu digugah secara intelektual. Dan dimotivasi, bahwa menulis, meninggalkan jejak sebanyak-banyaknya, sejatinya adalah kehidupan yang harus gua jalani. Dengan setia.