Monday, July 9, 2018

Aku Berpikir Maka Abakadabra

Senin, 9 Juli 2018

Aku memutuskan untuk menulis apa saja setiap hari. Segala hal yang selama ini menjadi kendala, bisa jadi karena terlalu kaya rencana namun miskin eksekusi. Salah satu penyakit hati milenial generasi four point o: merasa diciptakan sebagai spesies istimewa, namun tak lebih dari bagian kelas medioker.

Aku ingin mengubah semuanya dari pondasi yang paling dasar. Pertama-tama, sudut pandang yang perlu ditinjau kembali. Harus ku akui, fokusku selama ini terlalu deduktif. Sesuatu yang ku mau, ku buat, ku dapat harus langsung paling baik. Aku melupakan fase alami tentang karakter yang dibentuk oleh kebiasaan kecil sehari-hari. Relasinya mirip seperti arogansi remaja fresh graduate pra-menikah. Keharusan punya rumah beserta perabot IKEA lengkap di dalamnya, mobil Raffi Ahmad, serta karir muda fantastik Mr. Grey.

René Descartes pernah berkata dalam kalimatnya yang paling mashyur cogito ergo sum. Aku berpikir maka aku ada. Tanpa mengurangi rasa hormat pada Tuan René, semua itu ku modifikasi menjadi "Aku berpikir maka aku segalanya". Seperti sebuah mantera super positif yang akan membawaku kemana saja bahkan hanya dalam tataran level pikiran.

Namun semua itu menguap. Pikiran hanya berhenti dalam benak. Tidak ada implikasi, semua hanya delusi yang esok pagi berubah jadi tahi.

Kini aku berusaha, menjaga komitmen dalam kalimat yang kupelihara untuk terdengar biasa.

"Aku berpikir, maka aku bergerak".

Sudah, itu dulu saja.


No comments:

Post a Comment