Saturday, March 21, 2015

Nothing Can Limit Your Dreams


Kemarin gua baru menyelesaikan translate buku anak-anaknya Ari. Buku yang dia tulis dan desain sendiri untuk anak-anak di Tapori, Thailand. Gua nggak tahu gimana detailnya, tapi dia sempat bilang waktu pulang ke Indonesia bahwa ini adalah salah satu program Unicef yang dia ikut berpartisipasi menjadi salah satu relawan didalamnya. Untuk sebuah buku anak,  buku itu kelewat inspiratif. Karena selain grafis desain yang Ari banget, it was such one of  my favorite design all the time, kinda pleasure to check them all here, buku ini juga punya personal issues yang dalam maknanya buat kita berdua. 

Sebuah perkenalan kecil. Ari adalah anak ketiga dari anggota the fabulous four di keluarga kita. Habis gua, selang 18 bulan terbitlah dia. Dari kecil kita selalu bareng, seperti Elsa dan Anna dalam cerita animasi Frozen, like summer and winter, kita punya kepribadian dasar yang berbeda. Ari cenderung introvert, sedang gua berada dalam label dibawah pengawasan orang tua super ketat; anak kecil dengan potensi kelak dewasa nanti menjadi target operasi polisi, extro-ordinary-vert. Tapi walaupun karakter kita nggak sama, kita punya satu mimpi yang cukup identik: keliling dunia.


Kalian bisa ikut baca kisahya juga disini.

***

Keadaan yang serba terbatas adalah cara hidup mendewasakan kita. Dari kecil selalu dipeluk susah, setiap hari ada saja masalah. Kita nggak pernah tahu wallstreet punya korelasi dengan nasib masyarakat Indonesia cap tempe goreng seperti keluarga gua. Cuma kita akan paham apa itu invlasi dalam makna yang paling real dari ekspresi Ibu yang selalu shock habis pulang belanja di pasar. "Harga beras naik lagi, nak."

Kita anak-anaknya, belum sampai pada pikiran bahwa hal itu membuat pusing kepalanya. Namun dari gaya hidup sehari-hari, pola makan, dan jatah uang jajan, kita bagaikan tentara muda yang dididik untuk punya sikap anti pada mainan mahal, alergi makanan restoran, dan kebal penyakit. Ini merupakan kombinasi life style murah meriah yang dikampanyekan Ibu, supaya anak-anaknya sehat wal'afiat tidak ada yang gugur dalam mengarungi derasnya sungai hidup.

Alhasil, kita baru akan tahu lezatnya susu full cream saat hendak ulangan atau ujian. Dengan takaran yang sudah disahkan, gula putih dua sendok makan dan susu kental manis satu sendok teh. Jangan coba-coba menerka rasanya, karena baru setelah dewasa kita sadar yang kita minum ternyata bukan susu, tapi air tebu. Ajaibnya, sugesti bahwa susu adalah minuman sajian khas orang pintar membuat kita percaya diri mengerjakan soal yang membawa kita bertengger di deretan puncak klasmen ranking kelas. Taktik yang jenius. Super jenius.

Kita nggak pernah minum vitamin atau cek rutin ke dokter spesialis untuk mengetahui penyakit yang dirasa jadi gejala. Tapi nggak tahu kenapa,  virus enggan mampir. Tak satupun. Ibu melampaui kemajuan dunia medis yang paling maju. Rahasianya ada dalam kandungan cairan sakti yang berpredikat sebagai anti-toksin legendaris; minum air putih.

Kita melewati masa anak-anak tanpa mainan yang dijual di Kidz Station, liburan ke Disneyland, atau video game. Beli mainan sifatnya seperti hari raya, setahun  cuma  ada sekali. Tapi siapa yang butuh mainan kalau kita bisa buat mainan sendiri? Gua, Ari, kita berdua punya permainan yang beda-beda setiap hari. Dari mulai karakter di majalah bekas dan sampul buku tulis sidu yang kita gunting, tanah liat yang kita buat sesuka hati sampai mirip situasinya dengan lego land, remote controll cap kulit jeruk bali, perahu pelepah pisang yang bergerak atas nama hukum pegas fisika, kita berdua seharusnya diberi nobel sebagai anak-anak paling kreatif sealam raya.

Malamnya, puncak dari semua permainan ini adalah pertunjukan bayang-bayang yang Ibu pertontonkan buat kita. Dulu perusahaan listrik negara sering banget membuat kita harus tidur lebih dini karena fenomena alam bernama mati lampu. Gua benci dengan gelap, nggak pernah suka sama sekali. Gua ketakutan, sedikit menangis. Ari diam, tapi sebentar lagi dia juga pasti ikut nangis. Disitu, sekali lagi Ibu menunjukan kapasitasnya sebagai Ibu terbaik di seluruh dunia. Tangannya membentuk kepala kambing, lalu kemudian kupu-kupu, burung, jerapah, kijang, banyak sekali. Dalam gelap malam dengan cahaya lilin temaram, kita bertamasya ke kebun binatang.

Coba tebak ini binatang apa?

***

"Usaha keras itu tak akan mengkhianati," kata JKT 48. Ibu membesarkan kita dengan cara paling sederhana. Tapi kesederhanaan itu membuat kita menjadi pribadi yang selalu menaruh hormat pada siapapun, dan agama apapun. Menjadi laki-laki yang independen, pribadi yang menolak menggantungkan hidup kepada manusia lain. Anak-anak Ibu benar-benar sehat wal'afiat, tidak ada satupun yang gugur dalam mengarungi derasnya sungai hidup.

Terlebih Ari, dia menolak semua nasib buruk yang harunsnya menjadi suratan untuk  kita. Usahanya luar biasa, wajib diberi ratiing bintang lima. Selagi kuliah dia berhasil mewujudkan mimpi masa kecil kita satu-persatu. Menjadi mahasiswa pertukaran pelajar di Thammasat University, Thailand. Doa Ibu pada anak-anaknya mujarab. Ia kemudian melanjutkan internship di MTV UK, London, berbekal projek independen yang dia lakukan, sebuah funding untuk membiayai perjalananannya ke Inggris. Semua dia lakukan seorang diri. Entah harus bangga atau malu, tapi gua dengan status kakaknya, belum diberi kesempatan untuk melakukan semuanya dengan usia yang semuda dia.

Saat ini dia berdomisili di Doha, Qatar. Bekerja pada sebuah maskapai penerbangan nasional disana, sambil diam-diam membuat rencana untuk anak-anak di seluruh dunia supaya punya tekad baja, untuk tidak pernah menyerah kepada hal luar biasa, yang bernama mimpi.
 .
"Karena tanpa mimpi, orang-orang macam kita ini akan mati." Kata Arai dalam buku Sang Pemimpi.

***

Anak-anak Topuri dan buku Ari.


Bahagia adalah ketika menjadi inspirasi dan membuat hidup orang lain lebih baik. Saat selesai translate buku ini, hati gua kelu. Kisah masa kecil kita, akan dibaca oleh anak-anak di seluruh dunia.

"You may said i'm a dreamer. But i'm not the only one." Kata Lennon.

No comments:

Post a Comment