Monday, March 9, 2015

Kisah Bunga Matahari


“Rebut bunga kecantikan, karena mereka disediakan untuk dia yang jantan.” (Bumi Manusia)

Apa yang pasti dari dunia ini? Semuanya relatif, bisa saja saat ini menyantap kepiting saus tiram sambil menyeruput teh aroma jasmin dari pucuk di daun terbaik, lusa meratap-ratap mengutuk hidup menyedot mie instan yang diirebus dalam gelas dan air panas. Semakin dewasa kita akan makin berkompromi dengan fakta bahwa warna hidup sejatinya adalah abu-abu. Semua merupakan akumulasi dari sikap ragu-ragu. Seolah ketidakpastian adalah hal yang sengaja diciptakan, untuk keberlangsungan hidup itu sendiri. Supaya dunia tidak kehilangan moment of surprising­-nya, barangkali.

Sama seperti rezeki, jodoh, dan usia. Ketiga hal ini bagaikan deret lagu dalam radio yang kita dengar di waktu senja saat kita pulang bekerja, tidak ada yang bisa menerka lagu apa selanjutnya. Semua dibiarkan menjadi teka-teki. I love reading, I love writing, but more than anything I love mystery. Mereka penyuka kepastian adalah orang-orang yang punya kelainan jiwa nomor dua belas: pamer dengan hidup yang itu-itu saja.

Buat gua kepastian bukan sepantasnya disandingkan dengan manusia yang justru menjadi spesies paling nggak matching dengan konsistensi. Kepastian hanya milik matahari, yang selalu berjanji akan terbit dari timur dan menghilang di barat. Seperti itu, selalu akan seperti itu.

Dan tahukah kalian semua, dari komitmen paling melankolis yang pernah ada di muka bumi ini, pihak yang paling layak diberikan standing official justru gua temukan pada sosok bunga matahari. Karena ia selalu setia mengikuti kemanapun sang matahari pergi. Janji untuk selalu menunggu setiap pagi, meski kadang diteriaki cewek cuek sok belagu oleh bulan yang menebar gelagat pesona di malam hari. Ia tetap nggak bergeming, buatnya takdir janji adalah untuk ditaati.

Gua nggak punya alasan buat nggak jatuh hati. Sama bunga matahari.

 

***

Kagum ini sudah sejak lama. Tapi bukankah cinta akan terasa makin indahnya jika itu dibiarkan menjadi rahasia? Yang gua percaya, bunga matahari adalah lambang keindahan yang ditempa alam dari sebuah proses nestapa panjang bernama pengalaman. Gua melihat sinar sama dari wajah penuh cerita yang berusaha selalu terlihat bahagia. Kemistri diantara kita berdua kentara, gua dan bunga matahari. Kita menolak menerima semua nasib buruk, menganggap sebagai sebuah jalan hidup, lalu pasrah menerimanya sebagai sebuah kutukan. Gua selalu dibuat terpesona oleh keinginannya untuk berusaha tetap hidup, yang layak untuk dihidupi, bukan hidup dilapis bingkisan belas kasih orang-orang.

Pesona bunga matahari tersebar ke tiap jengkal semesta. Gua bisa apa? Bukankah takdir suatu yang dicipta, bahwa keindahan akan selalu menjadi hal yang dicintai? Padahal dalam diri selalu merasa, indahnya tidak pantas  untuk mereka yang tidak tahu apa-apa. Bunga matahari bukan untuk sekedar hiasan. Ada esensi keindahan lain yang dimilikinya, mungkin hanya bisa dirasa oleh mereka yang punya akar semangat untuk tetap bersemi  yang sama. Ia lantas menjadi bunga yang taat pada matahari yang salah.

*** 

Kasihan hanya perasaan orang berkemampuan baik yang nggak mampu berbuat. Gua nggak mau berhenti di level itu. Gua mau menjadi matahari buatnya. Menjadi arahnya. Menjadi janji yang ia tunggu setiap pagi. Membawanya dari timur, lalu menuju ke barat. Seperti itu, akan selalu seperti itu.


No comments:

Post a Comment