Wednesday, August 5, 2015

Cerita Panti

Dalam ceritera hidup umat manusia, sebelum kenyataan menampar tega tanpa menyisakan sedikit rasa kasihan, menjadi luntang-lantung, gaji rendah, telat bayaran sekolah anak, prahara biduk rumah tangga, sembunyi dari kejaran agunan bank di kolong meja, penyakit yang nggak bisa diklaim BPJS, lalu  is dead, nasib lebih dahulu memanjakan manusia dalam suatu masa yang luar biasa: kuliah.

Kampus dengan intelejensia yang bercahaya, dosen cerdas berkredibilitas, civitas akademika, perpustakaan yang puitis, pohon rindang apatis, aktivis organisasi yang belum tidur, tugas yang selalu diundur, merupakan perpaduan dengan kadar yang tepat untuk membuat kuliah menjadi sebuah miniatur nirwana di ufuk khatulistiwa. Sekaligus, tempat bunuh diri alamiah yang strategis.

Terlebih, jika kuliah dilewati dengan orang-orang luar biasa yang namanya akan selalu dicatat oleh sejarah.

***
Cerita Batin Santi

Kita memanggilnya Batin, panggilan kepada kakak perempuan dalam adat masyarakat Lampung. Pertemuan dengan dia adalah sebuah misteri kosmis, paduan antara nasib menurun dan kebetulan mendatar, takdir teka-teki silang. Beliau pahlawan dalam cerita ini, ketika memberikan izin menempati rumahnya yang nggak dihuni, kepada mahasiswa-mahasiswa semester akhir perwujudan mutasi dedemit dalam kepercayaan tradisional masyarakat klasik.

Batin adalah dosen di dua universitas sekaligus, Pelita Harapan di Tangerang dan Sai Bumi Ruwa Jurai di Bandar Lampung. Prototipe wanita indepeden modern, sistematis dan fokus dalam menyelesaikan to do list. Mengenyam master dalam bidang ekonomi melalui  sebuah beasiswa di Belanda, diteruskan dengan program doktor di Institut Pertanian Bogor. Buat gua, dia  merupakan Sri Mulyani dalam wujud yang bisa disapa.

Karena jasanya, mulai saat ini Batin Santi akan selalu masuk dalam daftar nama yang harus disebut, depan khalayak, saat kita mengucapkan rasa terima kasih dalam momen penghargaan Gobel Award, nikah masal, atau arisan keluarga.

***

Cerita Aan

Ibunya merupakan sahabat Batin Santi sedari muda, kemudian dianggap saudara, begitu berdasarkan ceritanya. Aan adalah awalan atas alasan sekumpulan mahasiswa komunikasi terancam drop out dan memutuskan untuk tinggal dalam satu atap nasib yang sama: belum lulus kuliah.

Di samping biaya sewa kosan atau kontrak rumah semakin mahal, berbanding lurus dengan derajat rasa malu berkaca umur untuk merengek membabibuta meminta uang kepada orang tua, Aan menawarkan solusi untuk tinggal di rumah Batin bersama. Ada dua alasan, yang pertama meringankan biaya listrik dan air pam, yang kedua karena dia takut setan. Inilah yang disebut dengan fenomena, ada setan takut setan.

Aan Pratama dan Satu-satunya
Aan merupkan anak tunggal semata wayang. Hobinya telfonan dengan ibunya sambil duduk di atas mesin cuci. Laki-laki yang mempunyai masalah dengan kepercayaan diri. Kepedeannya rendah sekali. Sang ibu khawatir, bujang kebanggannya akan sulit menjalin sebuah relationship dengan lawan jenis. Sang ibu putar otak, dibelikannya sepeda motor gentleman yang bisa mendongkrak mental sang anak. Saat Aan menaiki motor kiriman Ibunya, seperti panglima dalam perang Troya, gagah bukan buatan.

Sayang nggak berapa lama motor itu hilang. Dicuri orang waktu main badminton di stadion. Aan kembali menjadi pria pemurung. Menghabiskan waktu menelfon ibunya di tempat favorit, duduk di mesin cuci. Kuliahnya terbengkalai. Skripsinya acak-adul. Sampai sang ibu menawarkan, "Udah, nanti kamu Mama jodohin sama anak teman-teman Mama aja." Aan dalam sebuah senyum yang kecut, coba mengumpulkan harga diri yang tinggal sedikit.

"Tapi Ma, masalahnya mau nggak cewek itu sama Aan?"

***

Cerita Zulian

Zulian adalah antitesis dari Aan. Batas kepercayaan dirinya adalah  khayangan tempat bersemayamnya Dewa Erlang. Nama aslinya Zulian Tanjungan, sebuah nama yang selalu menggetarkan hati siapapun yang ia ajak kenalan.

Sepintas dari penampilan, kesan yang ingin disampaikan adalah kartel narkoba Kolombia, seperti seorang yang tidak pernah makan bangku kuliahan. Namun kesan itu memang benar apa adanya, ia adalah penjahat dalam bentuk yang lebih soft, mafia pendidikan, gensgter akademik: joki tugas.

Don Zul Alcapone

Predikat itu cukup lama Zulian sandang. Sebagai  seorang joki tugas yang adi luhung, ia tidak pernah mengecewakan konsumen. Ratingnya selalu tinggi, high recommended. Namun di samping itu ia memiliki posisi cukup dilematis, mahasiswa yang terlambat sadar kuliah selama dua tahun, dimana dalam periode waktu tersebut ia gunakan untuk bekerja di dinas perhubungan bagian timbangan truk-truk besar lintas Sumatera, membuatnya berkomitmen kampus adalah tempat mencari ilmu, materi, serta jodoh sehidup semati.

Manusia selalu hidup dalam pilihan. Ketiga aspek yang Zulian cari nggak pernah semuanya ia dapat secara bersamaan. Suatu waktu ia memiliki ilmu dan materi, bisnis tugasnya lancar, nilai-nilai kuliahnya bagus namun cerita cintanya horor. Ngajak cewek pacaran tujuh kali, ditolaknya tiga belas. Pernah ia merasakan gelimang harta, pacarpun punya, kuliahnya hampa. Anak SMA klien foto buku tahunannya ia gebet, gadis itu terkesima. Bangga bercampur khawatir, seperti ikut pemilu presiden pertama kali, apa sudah tepat pilihannya kali ini. Tidak genap sebulan, mereka broke up. Entah Zulian yang kuran ajar, atau sang gadis sadar bahwa ia telah menjadi korban penipuan anak di bawah umur.

Jiwa Zulian terguncang. Zulian kalah banyak. Kuliah amburadul, jatuh miskin, terancam membujang dimakan rayap. Sesuai kodrat orang patah hati, energi yang dipancarkan negatif. Rumah 'hibah' ini menjadi suram. Seperti tempat tinggal para pesakitan. Oleh karena itu mulailah rumah yang kita singgahi ini dinamai 'panti rehabilitasi'. Karena macam-macam penyakit hati bersemayam disini.

***

Cerita Agus

Kalian pernah membaca, tentang kisah cowok cuek yang tidak pernah perduli dengan lingkungannya? Dalam cerita itu biasa digambarkan, sang cowok hanya mendengarkan lagu-lagu cutting edge aliran brit pop, dengan lirik cinta yang nggak kalah cuek. Menonton film drama romantis yang seluruh adegannya merupakan kumpulan ketidakperdulian, pemeran utama pria dan pemeran utama wanita sama-sama masa bodo.

Agus To Campus

Agus adalah jelmaan laki-laki tanpa rasa simpatik itu. Film favoritnya adalah 500 Days of Summer, lagu yang selalu ia nyanyikan nggak jauh-jauh, The Smiths dengan judul Please, Please, Please, Let Me Get What I Want. Kepada Zulian yang patah hati Agus nggak tertarik. Kamar kotor dia tidak ambil pusing. Cucian menumpuk dia menolak ikut campur. Tuhan tahu, tapi menunggu. Sebuah skenario serangan balik untuk Agus.

Kecintan akan kecuekan Zooey Deschanel dalam film favoritnya sepanjang masa menyisakan malapetaka. Seperti kumpulam hyena di padang gurun Afrika yang siap menyerang kapan saja, itulah karma. Agus kena getahnya. Jatuh cinta pada seorang perempuan tapi tidak digubris. Seperti mau seperti tidak, seperti ingin tapi tak ingin. Agus adalah bukti konkrit sebuah fenomena mutakhir teraktual yang disebut dengan korban PHP. Agus meninggal.

Entah kenapa hal itu berbanding lurus dengan kehidupan akademisnya. Dosen pembimbing skripsinya memperlakukan Agus tanpa perikemanusiaan apalagi perikeadilan. Janji surga yang tidak kunjung ketemu surganya, surga yang tak dirindukan, sebuah gombalan besok seminar, malamnya sang dosen berubah kehedendak, seminar ditunda, PHP dua kali. Agus reinkarnasi, hidup lagi, kemudian meninggal lagi.


***

Cerita Pakde

Di panti, Pakde adalah salah satu karakter protagonis. Perangainya santun, nggak banyak bertingkah. Waktu ia habiskan dengan mendisain grafis, up date soundcloud, dan back packer. Ia adalah traveller super sejati. Terlahir dengan nama Khairil Anwar, seorang maestro sastra Indonesia, ayahnya ingin ia menjadi binatang jalang yang bisa hidup seribu tahun. Namun ia menolak, cukuplah saja disapa Pakde. Sebuah sapaan rendah hati yang bersahabat.

Pakde Terbakar Api Cemburu

Pakde adalah mantan anak mahasiswa pecinta alam universitas. Ceritanya getir, bagaimana ia berjuang untuk menyelematkan kuliahnya dan memilih pensiun dini dari unit kegiatan yang mengatasnamakan kecintaan pada alam tersebut. Dia pernah dilepas di gunung, dengan modal korek api lima batang, air berwadah alat kontrasepsi, serta kelengkapan survival layaknya Tom Hanks di film Cast Away.

Pernah tujuh hari dia tidak kelihatan, berangkat pamit ke kampus. Tidak disangka besoknya dia sudah berdiri gagah di samping tugu Jogjakarta. Seperti para pengelana yang sudah-sudah, baginya barangkali pendidikan terbaik adalah universitas kehidupan.

***

Cerita Tojo

Namanya Tojo. Pengidap kesurupuan jenis ketiga, kesurupan yang nggak bisa dijelaskan oleh dukun dimana-mana. Kelakuannya selalu ganjil. Alergi terhadap hal bersifat higienis. Obsesif kompulsif dengan AKB 48. Dia akan mengeluarkan sebuah gestur yang nggak bersahabat, kalau ada yang bilang bahwa apa bedanya AKB 48 dengan JKT 48. Tujuan hidupnya tidak ada yang pernah tahu. Sekali waktu pernah ia mengatakan ingin menjadi polisi, besok astronot NASA, besok lusa berubah lagi menjadi aktor film dewasa. Orang seperti dia, paling cocok diadu kepalanya dengan banteng Texas Amerika.

Tojo The Old Fashioned Lover Boy

Tojo pernah bercerita, wajahnya antusias, sebuah aksi protes orang-orang Jepang tentang legalisasi pernikahan dengan operation system. Mereka menuntut diizinkan berumah tangga dengan smart phone atau personal computer-nya. Kekurangan skil sosial memang suatu hal yang mengkhawatirkan. Tojo memiliki kecenderungan, untuk jatuh cinta pada latopnya sendiri. Lalu kemudian menikah, bahagia selamanya.

 ***

Cerita BNI

Panti adalah sebuah saksi perjalanan segerombol mahasiswa mencari jati diri. Tentang fase dalam kehidupan untuk sebuah penemuan akan esensi hidup itu sendiri. Luar biasa sekali jasa panti dalam hidup kami. Panti pernah menjadi saksi tentang sebuah janji kecil yang pernah kita sama-sama buat, bahwa kelak, kami akan melayani negeri untuk kemudian menjadi kebanggan bangsa dalam cara yang tidak terlalu jumawa, seperti motto bank favorit kami, BNI. "Melayani Negeri Kebanggan Bangsa".

Di setiap penghujung semester di gerai-gerainya, kita bersama menunaikan kewajiban membayar kuliah dengan pelayanan yang elegan. Menjaga struk bukti pembayaran sebagai syarat penting diwisuda, menjadi perantara transfer dana saat kita merengguk indahnya sebuah hal ajaib yang bernama beasiswa, BNI menjadi benang merah dalam perjalanan kuliah anak-anak penghuni panti rehabilitasi.

Melalui transfer BNI, Aan dihadiahi sepeda motor pendongkrak harga diri, Zulian Tanjungan mendapat imbalan atas perangai anak-anak malas yang berat mengerjakan tugas, Agus belanja untuk mengobati rasa sedih, Pakde travellling dan media pembayaran favorit Tojo saat mengumpulkan pernak-pernik AKB.

 

BNI adalah definisi singkat pertemanan antara kami dengan sebuah landasan filosofi friendship is the true relationship.