Saturday, October 31, 2009

Comfrendship : Makin Kompak Makin Sip..!!!

Udah lama nggak nulis lagi. Rutinitas tugas dan segala macemnya buat gua jadi nggak bisa stabil menyalurkan hasrat yang satu ini. Jujur, bisa nulis setiap hari susah banget, dan itu kini menjadi cita-cita sampingan gua selain satu lift macet sama Dian Sastro. Tapi ya sudahlah, walaupun frekuensinya agak berkurang, insya Allah kualitasnya ga ikut-ikutan kurang juga.Kemarin gua udah cerita tentang ospek level fakultas, nah sekarang jurusan. Dan pelaksanannya, jauh lebih ajip.

Ospek jurusan itu kalau di UNILA biasa dibilangnya malam keakraban atau MAKRAB. Dan makrab komunikasi kali ini dikasih tema Comfrendship. Kepanjangan dari 'makin kompak makin sip'. Namanya malam keakraban, tujuannya jelas untuk mengakrabkan hubungan antara senior dengan junior, dan makrab komunikasi dari dulu dikenal publik dengan seru-seruan, serta ketidakribetannya. Hal itu terbukti jelas, saat kita upacara pelepasan di FISIP.

Jurusan-jurusan lain, udah pada baris duluan. Dari jauh gua liatnya kaya mau ada pawai ke kantor kelurahan. Sosiologi, ilmu pemerintahan, administrasi bisnis, negara, D3, semua pake properti yang kurang lebih sama kaya pas Propti dan Inagurasi. Mereka pakai baju serba oranye yang bikin rusak mata, topi kerucut macam penyihir di sinetron-sinetron norak indosiar, dan asesoris-asesoris antah berantah yang gua berani jamin nggak akan meningkatkan kualitas tampang.

Nama komunikasi dipanggil, disuruh baris juga. It's our turn, to show to FISIP public, how beauty and handsome we are.

Kita jalan, lurus dengan rasa percaya diri bak para peraga iklan deodoran. Raut wajah diatur sedemikian rupa, sehingga pas dengan angle kamera yang mau motret kita. Berbeda dengan mereka yang orange- orange kaya anak the jak mania, kita full colour and absolutely full style. Jika lapangan FISIP adalah cat walk, maka kita anak komunikasi adalah model yang memperagakan koleksi busana dengan tema musim orientasi. Dan gua, seperti yang kalian kira tentunya. Paling depan, paling tampan !

Hegemoni itu berlanjut sampai kita berangkat. Perbedaan kualitas selera itu semakin melebar, saat kita anak komunikasi 2009 duduk manis di dalam bis, melihat mereka dinaikan dengan amat tidak terhormatnya ke sebuah kendaraan yang biasa digunakan untuk mendistribusikan hewan-hewan kurban, kendaraan yang fungsi sebenarnya diciptakan untuk mengangkut bahan bangunan, kendaraan yang biasa disapa orang dengan sebutan, trek...

Pelajaran moral : Berhati-hatilah dalam memilih dan mengisi kode jurusan dalam formulir SNMPTN. Dan pastikan, jurusan yang anda tuju tidak punya koneksi sama sekali dengan pengusaha truk gandeng. Haha…

***

Gua udah sering bilang, Lampung adalah juara tanpa piala kalo urusan pantai. Dan kali ini, melalui comfrendship ini, gua jadi saksi otentik salah satu keindahannya. Nama pantainya Banding Resort, pasirnya putih, pemandangannya bagus. Lautnya biru, dan asin rasanya. Pokoknya 11-12 lah sama Bali (Sok tau, kaya pernah ke Bali aja).

Semua keindahan dan rasa kebanggan itu, perlahan-lahan berubah jadi kecemasan. Yang namanya pelantikan, orientasi, atau apalah itu sebutannya, pasti terselip di rundown panitia acara sesi pembantaian junior. Semua senior yang awalnya baik kaya ibu peri, perlahan tapi pasti merubah dirinya menjadi guliver si anak iblis. Mata mereka merah, kepala keluar tanduk, dan pantat keluar buntut. Kadang mereka memainkan tongkat trisula, ditusuk-tusuk ke kita sambil ketawa-tawa. Dilindungi oleh undang-undang pasal pertama yang berbunyi senior selalu benar, mereka menyalahgunakannya dengan bertindak seenak bapaknya. Jikalau gua jadi demonstran nanti, hal yang pertama gua lakukan adalah, meminta pemerintah merevisi pasal ini.

Dan teror itu pun dimulai. Pertam-tama, dengan dalih kebersamaan dan kekompakan, kita semua disuruh minum air mineral sebotol yang distribusinya harus rata. Satu angkatan yang kurang lebih 50 orang itu harus kebagian semua. Meski haus, kita semua harus meletakan kepentingan kelompok diatas segalanya. Ngeliat anak yang minum banyak-banyak, rasanya pengen nusuk dari belakang aja pake silet karatan.

Semua itu masih berlanjut. Kita semua dilarang mandi, harus wudhu di laut malem-malem buat solat tahajud, dikerjain pas sesi post to post, dan yang paling menimbulkan banyak air mata dari para wanita, saat senior mengangkat tema tentang geng high class yang ada di '09. Orang-orang yang dituduh anggota dipanggil satu-satu, diinterogasi dengan cara yang brutal. Dan gua, termasuk.

Pagi hari semua menjadi seperti sedia kala. Senior-senior yang terlibat kontrak mistik dengan iblis jahat itu kembali ke bentuk semula. Isu geng high class berhasil diredakan dengan keterangan serta penjelasan dari orang-orang yang dituduh anggota. Kita semua curhat abis-abisan sama senior, ceritain keluh kesah yang udah dialamin. Baru kerasa, makna keakraban itu. Kalo boleh koreksi, mungkin yang bener itu pagi keakraban kali ya! Bukan malam.

Sesi yang paling gua suka, dari sesi-sesi yang ada. Menulis surat cinta untuk senior. And here they are, surat cinta gua itu :

Teruntuk, my lovely kakak tingkat
Kak *Rahasia*
di
suatu tempat di hati ini

Surat ini adalah bukti, pernyataan cintaku kepada Kakak. Pernyataan kurang ajar seorang junior kepada senior tentang perasaan hatinya, yang dipenuhi gejolak asmara kala pandangan pertama saat dulu buka bersama.

Saat itulah, aku menemukan Taj Mahal baruku, saksi cintaku denganmu, rumah Filli. Karena disana, cinta mempertemukan kita dengan amat anggunnya. Kakak terlihat cantik dengan balutan busana serba hitam, rambut panjang keriting berombak, anggun, sangat elegan. Baru kali itu aku melihat wanita yang keseluruhan raganya dipenuhi aroma cinta, aroma bahagia. Andai saja aroma itu dijual dalam botol refill-an, akan aku beli, dua galon kalo bisa.

Masih ingat jelas aku akan suasana kala itu. Kakak dikelilingi pria-pria, seperti kodrat wanita cantik pada umumnya. Sedang aku tersudut sendiri, sepi, terpenjara dalam kebotakanku. Entah mengapa saat itu, aku ingin sekali menjadi seorang bernama Fathir. Ketua jurusan komunikasi, yang parasnya seperti vokalis Sheila on 7, tapi versi habis ngisep ekstasi. Singkatnya, seperti Duta kena narkoba. Alasannya klise saja, karena ia dapat dekat denganmu. Iya, itu saja.

Kak *Rahasia*,sekarang aku tahu alasan mengapa aku harus masuk komunikasi Unila. Alasan itu adalah kamu. Tak percuma aku jauh-jauh dari kota yang bernama Bekasi, merenangi Selat Sunda, mendaki Gunung Krakatau, dan berkelahi dengan preman Bakauhuni, jika hadiahnya adalah kecantikanmu.

Kak *Rahasia*, kalau saja Kakak tau cintaku bukanlah cinta biasa. Pasti kakak akan langsung mengira, aku adalah Afgan Syahreza. Walaupun agak mirip, tetapi aku bukan dia. Ingat kak, aku bukan dia. Karena aku hanyalah seorang Indra Julianta, yang mencintaimu dengan cara yang biasa, dan sederhana…





Dariku yang sedang jatuh cinta




Indra Julianta




Begitulah surat yang gua buat. Sayang nggak menang, tapi nggak apa-apa. Lagian orangnya juga nggak dateng, hehe…

Habis itu semua sesi selesai. Dan kita semua, satu komunikasi berenang di laut. Seru, tapi asin. Dan kesan gua tentang pelantikan jurusan ini singkat aja, awesome !

Menculik Miyabi di Inaguras

Pelantikan atau biasa kita sebut dengan masa orientasi atau ospek untuk tingkat mahasiswa, adalah sebuah proses awal bagi mahasiswa baru untuk mengetahui seluk beluk kampusnya lebih dalam. Dan itu, sedang gua alami sekarang.

Jadi di Unila, ospek itu ada 3. Yang pertama dikasih nama PROPTI, ini tu ospek tingkat universitas. Kita satu Unila angkatan '09 dikumpulin di sebuah gedung besar yang diberi nama gedung serba guna, habis itu denger ceramah-ceramah dari rektor dan segala macem. Yang udah gua tulis juga di notes gua yang kemarin.

Terus kedua, itu ada ospek tingkat fakultas. Kalo di fakultas gua FISIP, itu dinamainnya 'INAGURASI'. Semua jurusan saling membanggakan diri berusaha untuk jadi yang terdahsyat pada acara itu. Ajang show off gitu lah… Tapi tetep yang namanya ospek, senior itu punya 1.357 cara licik yang buat kita para junior jadi terlihat hina dina. Kita disuruh pake baju orange, name tag, mpeng dikenyot, topi dari plastik, karung bekas beras, dan sapu lidi. Yang jatohnya kalo diliat-liat kita semua ini bukan seperti mahasiswa baru, melainkan tukang sapu dari dinas kebersihan DKI Jakarta. Oh iya, ada satu lagi yang sempet jadi kontroversi, kita semua, mesti dibotak (lagi)…

Nah inagurasi ini lah sob yang gua mau ceritain ke lo semua. Jurusan gua, komunikasi, bingung mau menampilkan apa saat INAGURASI itu. Akhirnya setelah melakukan konverensi tingkat tinggi di Singapur ( Ya, kita semua ke Singapur. YA ENGGAKLAH BEGOOO..!!!), kita sepakat menampilkan salah satu karya yang menggabungkan antara seni peran, seni tari, seni dubbing, dan seni mangap-mangap, alias kabaret.

Gua secara percaya diri, yaitu sebuah sifat dimana seseorang yang percaya akan dirinya sendiri ( udah tau, BENCOONG!! ), menawarkan jasa untuk membuatkan scriptnya. Dan alhamdulillah, temen-temen gua langsung mengiyakan. Dengan dibebani catatan sejarah 'setiap tahun komunikasi itu selalu bagus-bagus', gua langsung kepikiran buat sebuah hal yang beda. Tak tersentuh oleh pikiran-pikiran manusia lainnya, liar dan agak sedikt vulgar. Ter-influence dari sosok idola gua juga, penampilan kita nanti akan bertajuk : Menculik Miyabi…

Mulai saat itulah, nama besar komunikasi bergantung dari ide dan imajinasi gua. Udah lama ga buat project macem gini, belom lagi sindrom procastinator stadium 5 yang gua derita, bikin gua jadi sangsi bisa ga kelarin ni script pas pada waktunya. Tapi dengan segala puja dan puji pada Yang Maha Esa, naskah selesai juga, meskipun H-2.

Habis itu, kita semua langsung ngebut. Analoginya setara dengan proyek seribu candinya Bandung Bondowoso. Gila-gilaan latihan, sibuk cari properti, bingung dubbing, antar jemput pemain-pemain yang tiba-tiba langsung berasa dirinya aktor dan artis Hollywood peraih 12 Oscar, dan semua itu selesai jam 12 Minggu malam. Sedangkan kita, tampilnya jam 6 pagi nanti.

Tapi semuanya kebayar. Rasa puas langsung terpancar dari tampang 'Edward cullen' gua. Penampilan kita exelent. Tepuk tangan buat gua jadi terdengar seperti backsound kemenangan atlet-etlet peraih emas olimpiade. Alumni-alumni, senior-senior, kelihatan puas dari raut wajahnya. Gua berhasil mempertahankan nama besar komunikasi. Gua bangga, sampai mau meledak ni dada.

Terima kasih yang teramat sangat gua ucapin buat semua senior-senior yang udah ngasih beban berat (tanpa itu gua ga akan punya motivasi untuk buat hal yang spektakyular), buat studio RRI Pro 2 yang udah mau nyediain tempat buat dubbing, buat Mas Ryan (Fili itu tho pacar lho?) sama Kak Mico buat bantuan mixing lagunya, rumah Rezita yang udah kita jadiin panggung teater Broadway, Ebin buat kedatangannya di subuh hari yang nemenin gua ngobrol sampai bisa jadi ni script, para pemain-pemain : Tojo sang Kabayan, Pa'de sang narator, Yoan sang Nyi Iteung, Dendi sang Mandala, Rica sang Panda, Ferina sang Cinta, Jodi sang Rangga, Idung sang Vino, Indra Julianta sang Ramon, Endruw sang Marcell, Jesryan sang Radit, Rey sang Jani, Ikol sang Fahri, Bety sang Maria, Farah sang Aisyah, Tanjungan sang kameramen, Mei, Cia, Titan, serta Stella sang cewek penggoda, Indra Bangsawan sang Miyabi sekaligus Mulyadi (thanks buat kesanggupannya untuk menampakan sisi asli hidup lo) dan Fili sang megangin laptop (haha..). Oh iya terakhir dan paling spesial, buat semua temen-temen komunikasi '09 buat support dan dukungan serta teriakan "I-Je ganteng"nya, semua ini gua persembahkan buat lo semua. Kita juara 2 sob!! Yah meski kita tahu kualitas juara satunya 'sebagus' apa…

Negeri Impian Itu Bernama Eropa

Udah lama ga nulis, sekalinya nulis lagi kemarin, gua denger langsung buat geger. Gatau apa gua yang salah tulis, atau pembacanya yang salah interpretasi. Tapi yang pasti, seenggaknya tulisan gua udah bisa menimbulkan efek yang sebegitunya sampai orang-orang pada ngomongin. Lumayan, mendekat satu step menuju title penulis best seller, ahaha… Kali ini gua cuma mau share salah satu obsesi terbesar dalam hidup, here they are!!

Entah kenapa, gua merasa punya ikatan yang kuat dengan benua bernama Eropa. Chemistry diantara kita, jika dianalogikan mirip sekali dengan pacarannya Cinta dan Rangga. Cintanya itu gua, dan Eropa itu Rangga. Gua dan Cinta, kita sama-sama terang-terangan nyatain kalau kita suka dan tertarik. Sedang Rangga dan Eropa, mereka berdua sok cool, namun tetep nggak berhenti menebar pesonanya dengan cara yang amat angkuh. Rangga lewat puisi, dan Eropa lewat keseniannya, lewat keindahannya, lewat budayanya, dan segala macam daya tarik yang buat gua mati-matian ngebulatin tekad yang masih bentuk kotak trapesium : Someday I must go there.

Dari kecil gua selalu orgasme kalau liat apapun hal yang berkaitan dengan benua itu. Gua juga merasa sebagai anak kecil yang paling tau segalanya tentang Eropa. Malah kalo dipikir, gua lebih tau ibu kota Jerman duluan dibanding ibu kota Jawa Barat, dan emang itu kenyataanya. Berasanya, Eropa itu deket aja. Dia ada didalam imajinasi gua, tertata anggun dan sangat rapih. Dengan disinari pantulan lampu-lampu jalan di sungai-sungai yang bebas sampah bekas bungkus sabun colek, cahayanya yang redup matching abis sama letak rumah kotak-kotak yang dipikirkan dengan amat piawai, oleh orang-orang cerdas semampai..

Kadang kalau gua cerita tentang kedahsyatan Eropa, tentang dahsyatnya mimpi gua untuk kesana, orang yang jahat pasti ketawa,dan kalo orang yang lebih jahat, pasti ketawanya ditahan, langsung ngomongin dari belakang. Bikin gua jadi ngerasa "cinta gua dengan Eropa, bertepuk sebelah tangan". Pasti kalo Ahmad Dhani tau, gua yakin langsung dijadiin judul lagu. Tapi semakin kesini, setelah gua baca, nonton, dan denger hal yang ngebuktiin kalo ke Eropa itu sekarang gampang, perasaan 'mau kesana' itu muncul lagi. Meletup-letup, mencoba keluar dari zona abu-abu antara nalar dan mimpi. Semua itu bisa kok, percuma juga gua punya semboyan "Nggak ada yang nggak mungkin kecuali makan kepala sendiri…"

Dan harapan setitik itu, makin lama jadi titik-titik yang membentuk sebuah garis kenyataan. Gua dapet tugas bikin presantasi sosiologinya Emile Durkheim. Sosiolog mahsyur Perancis punya. Gua baca, dia dulu mengenyam pendidikan di Ecole Normale Superioure. Nggak ngerti itu nama apaan, tapi yang pasti jelas itu bukan nama STM atau SMK, hehe…
Siangnya gua ngampus, presantasi gajadi karena waktu ga cukup buat kelompok gua tampil. Baliknya, om gua sms. Ngajakin bareng, kebetulan dia lagi ke kampus, ngurusin tesis S2 nya. Yaudah gua balik bareng dia. Di dalem mobil, ada cewek masih muda gitu. Gua dikenalin, namanya siapa tu gua lupa, dia temennya Om gua yang ngebantuin tesisnya.

Dijalan, ada anak-anak kecil pengamen yang minta-minta. Terus Om gua langsung nanya "Di Perancis ada juga anak-anak minta-minta gitu?" Gua reflek, langsung nge-tune kaya Spiderman mau ditimpuk Green Goblin. "Ya ada, tapi biasanya itu anak-anak imigran dari Afrika." Om gua manggut-manggut, gua celingak-celinguk. Sebentar, Mbak tadi ngomongin Perancis ?? Logatnya sok bener, berasa udah pernah kesana aja. Tapi gua liat dari tampang, dia sama sekali nggak ada kriteria. Posturnya pendek, nggak bakal kuat sama salju Desember yang dingin mampus disana.

"Ini Ndra, mbak ini S2 nya di Perancis. Di mana mbak? Oh iya di Lyon ya? Karim Benzema…"
Anjrit !!! Ternyata bener, mbak-mbak yang udah gue underestimate ini, emang pernah kesana.

"Serius Mbak? Kuliah disana?? Beasiswa, apa biaya sendiri?" Gua ga bisa ngotrol diri buat ga banyak nanya. Fakta kalo di depan gua ada orang asli Lampung, yang bisa kuliah sampai ke Perancis, bikin gua jadi terlihat norak di depan dia.

"Beasiswa lah. Mana sanggup biaya sendiri ke Perancis, yang biaya makan sebulannya aja bisa buat DP motor kalo disini. Satu semesternya itu, kalo dirupiahin kira-kira 150 juta."
"Ambil jurusan apa Mbak?"
"Tata kota…"
"Kenapa nggak di Sorbonne ajah? Pengetahuan gua dari nonton Laskar Pelangi langsung gua demonstrasikan dengan amat percaya diri.
"Sorbonne itu dari tahun 1960 udah dihapus. Diganti jadi Universteit 1, universteit 2, dst… Jadi kalo ada orang yang sok-sokan bilang dia dari Sorbonne, aku sih ketawa ajah."
"Beneran..?"
"Iyalah beneran…! Tahu nggak kamu, Sorbonne itu dibangun bersamaan dengan Candi Borobudur. Disitu kamu bisa liat, gimana 'ketinggalannya' kita sama bangsa Eropa. Saat kita masih bahagia karena punya agama baru, disana agama itu udah jadi bahan diskusi, diperdebatkan, dibuktikan dengan teori dan pendekatan-pendekatan rasional."
"Ooh.." Inilah sob, ciri-ciri orang sok tahu yang baru mendapat sebuah pencerahan. Cuma bisa melongoh, dan berkata 'ooh..'
"Kenapa emangnya? Kamu kayaknya antusias banget."
"Nggak tau kenapa, dari kecil udah suka aja sama budaya Eropa. Tau mbak pernah study kesana, wajarlah buat saya jadi heboh nanya-nanya gini. Terus mbak, disana traveling juga kan?
"Iyalah…! Aku ke Spanyol, Portugal, Belanda, Belgia, Luxemburg, Swiss, tapi Italy ga sempet."
"Jadi backpacker juga??"
"Nggak lah… Aku di hostel. Banyak temen ngajakin backpacker gitu, tapi aku tolak."
"Terus mbak belajar disana gimana? Ada kendala apa gitu nggak?"
"Nggak ah biasa aja. Orang sana ramah-ramah. Jadi kalo selesai kuliah aku ditanya udah ngerti apa belum, kalo aku bilang belum mereka nggak segan-segan buat nyempetin waktu belajar kelompok ngajarin aku. Pengantarnya juga pake bahasa Inggris kok, jadi tenang aja."
"Respon mereka tentang Indonesia gimana Mbak?"
" Pengetahuan mereka tentang Indonesia itu minim sekali. Aku aja dipikir orang Amerika Selatan. Mereka itu taunya orang Asia itu yang kaya orang Jepang, Korea, Cina. Mereka nggak tahu Indonesia, tapi kalo Bali, paham semua. Jadi mereka pikir, Indonesia itu ada di Bali.."

Ini sob, gua bilang yang namanya kebesaran Tuhan. Percakapan dengan Mbak dari Perancis ini, gua anggap sebagai satu clue yang membuat gua jadi 'agak tahu lagi' tentang Eropa. Ternyata, Eropa sebenarnya seperti itu. Ia adalah kampung halaman orang-orang maha pintar penemu semua peradaban. Mereka bahkan sampai nggak tahu Indonesia, negara kepulauan terbesar yang populasi manusianya ke-4 terbesar di seluruh dunia, karena mungkin emang Indonesia nggak punya hal yang buat mereka jadi tertarik untuk mengenal. Sekalinya kenal, Bali. Ya Bali, tapi tetep Indonesianya ga kenal.

Di perjalanan gua speechless, terlalu banyak hal yang gua belum tau. Gua pengen banget kesana. Gua pengen dikira orang Amerika selataan juga, terus gua jelasin kalo gua ini orang Indonesia. Gua pengen ngasih tau sama mereka, kalo Indonesia itu bukan ada di bali, tapi Bali yang ada di Indonesia. Gua pengen, sumpah gua pengen, meningalkan jejak-jejak kaki ini, di salju Desembernya.


Wednesday, October 21, 2009

The Legend of Batu Putu

"Alkisah, di sebuah daerah antah berantah yang bernama Lampung, tepatnya di sebuah desa perbukitan yang apa itu lupa gua namanya ( Naratornya amnesia ), terdapat sebuah air terjun keramat yang bernama Batu Tegi. Konon ( Eits jangan dibalik !! ), air terjun itu adalah air terjun suci. Tempat paling kongkow bagi bidadari mengaji, eh salah, bagi bidadari mandi. Masyarakat sekitar percaya, bahwa disana manusia tidak akan dapat melakukan perbuatan dosa, sekecil apapun itu. Jika pun bisa, balasannya akan terasa tanpa harus menunggu lama. Dan legenda itu, masih terasa kebenarannnya, sampai sekarang..."

Hari itu gua ada kuliah pagi, tapi pas saur mata udah tinggal sekejap. Makan aja gua lakukan nggak pake ngeliat, sakti banget kan ?!? Selesai saur gua langsung pamitan sama dunia, tidur sebentar nggak pake solat subuh. Dan mulai dari situlah azab-Nya dipertunjukan ke gua dengan amat terstruktur, dan teratur.

Bangun-bangun gua lansung terbelalak, melakukan prosesi bangun tidur paling antik sedunia : celingak-ngeden-celinguk-n
geden. Persis kaya orang habis kena cipok monyet kampung betina. Buru-buru gua liat jam, "ASTAJIM, UDAH JAM 7! MAMPUS, TELAT DAH GUA KULIAH…!" Bukannya langsung mandi, tapi gua malah melakukan tindakan maha bencong : BERCERMIN! Sekeadar cuma mau mastiin doang sih, masih ganteng apa nggak ni muka, haha…

Abis mandi, gua ke kamar si Ari sebentar. Gua terkejut, terpukau, dan tak habis pikir. Dia masih tidur, dengan headset nyangkut di kuping. Tampangnya sok polos, nggak ngerasa dia masih anak SMA yang harusnya jam segini aturan udah duduk manis di sekolah. Sebagai kakak yang baik dan penyayang, dia gua tendang…

"EH GOBLOK, LO NGGAK SEKOLAH APA??" Halus sekali, gua nasihati dia.
"Lo kenapa nggak bangunin gua sih mas?!?" Bahasa nasional orang-orang yang kesiangan. Lagu lama…
"Ya emang lo pesen sama gua? Gua aja juga kesiangan, udah cepet, anterin gua ke ke halte. Gua mau kuliah…" Senioritas, emang berlaku dimana-mana.
"Yaudah cepet keluarin motor, gua pake seragam dulu…"
"Lo pake seragam? Lo mau masuk? Jam segini??"
"Nggak, udah kemana ajah. Yang penting nggak diomelin Bulek"
"Gimana kalo lo anterin gua sekalian sampe kampus ajah? Habis itu terserah lo mau ngapain, gimana?
"Yaudah…"

Berangkatlah kita berdua, sepasang kakak adik dengan visi yang sama : sama-sama bejat!

Singkat cerita, gua udah kelar kuliah. Sialan, udah jauh-jauh dosennya nggak ada. Beberapa temen gua, inisiatif ngajak jalan-jalan. Katanya di deket UNILA ada air terjun lumayan keren. Mereka nggak sadar, udah menyentuh sisi jiwa adventure gua. Nggak pake banyak cincong, berang-berang megang tongkat, BERANGKAAT…!!!

Kita kesana bersembilan. Gua, Dendi, Anju, Ikol, Tojo, Pa'de, Luke, Ardi, sama si Ari. Tempatnya seru, agak tersembunyi gitu, dan yang pasti ni tempat cocok banget buat lo semua, yang pengen punya betis bercabang dua. Sumpah sob, tanjakannya cugil, curam gilaaa…

Sampai sana kita menangkap basah, pasangan yang kayaknya bakalan mandi basah. Tempatnya sih emang sepi, sepi banget malah. Cocoklah buat lo-lo pada yang rindu akan tempat wisata yang plus lokalisasi. Nggak tau kenapa, tu orang dua pas kita dateng langsung buru-buru balik. Mungkin emang bener, mitos ni tempat emang nggak boleh buat maksiat..

What a beautiful day…!! Melajulah pulang dua orang kakak beradik berkendara motor dengan euforia kebahagiaan sederas air terjun. Sang kakak, bahagia karena birahinya akan tempat wisata murah meriah telah terpenuhi. Sedang sang adik, beranggapan sudah dalam situasi aman dan bebas dari rasa bersalah bolos sekolah. Namun, sayangnya mereka lupa akan mitos air terjun keramat itu. Mereka tidak tahu, pepatah simpan bangkai, memang benar demikian adanya.

Sampai rumah kita beperilaku seperti nggak ada apa-apa. Semuanya normal berjalan seperti biasa. Sampai pada saat, salah satu sifat alamiah gua, yaitu bego, muncul..

Foto-foto di air terjun tadi, langsung gua bluetooth ke laptop. Nah tu laptop gua tinggal meleng sebentar, ke WC karena ada hajat yang harus gua tunaikan cepet-cepet. Pas lagi klimaks, gua denger nama gua didengungkan. Mampus, feeling gua nggak enak…

Om gua, berhasil menangkap basah pelajar yang tersangka bolos sekolah dengan bukti sangat otentik. Yaitu beberapa jumlah foto yang didalemnya ada gambar Ari yang ikut-ikutan pose, lengkap dengan seragam SMA kebesarannyaa. Gua diproses, dengan adat-istiadat kepolisian. Sebagai praduga yang tak bersalah, pertama belain diri dulu, niatnya sih mau belain Ari juga, tapi keadaan yang ga memungkinkan gua untuk melakukan perbuatan terpuji itu. Sorry Ri, gua ga bisa jadi kakak yang baik. Disaat kedesek, gua malah bilang : "Aku sih udah nasehatin, tapi emang Ari nya aja Om yang ngeyel.."

Hasil akhir, tetep Ari yang jadi tersangka utama yang hukumannya itu seminggu nggak boleh bawa motor, plus dikucilkan dalam rumah, plus dapat gelar baru dari Om gua "Jack si Pengembara".
Satu hal yang gua sukurin, kita berdua nggak jadi dipenjara. Tadinya udah sempet scare aja, karena Om sama Tante gua bisa dibilang polisi yang amat piawai menjaga profesionalitas. Mereka nggak perduli, walaupun itu keponakan sendiri. Bagi mereka yang amat menjunjung tinggi arti pendidikan, cabut sekolah adalah kejahatan yang setara dengan Bom Bali 2 ( Berlebihan… )

Dan legenda itu bernama, 'Legenda Batu Putu'...

My Fraeky Familiy

Salah satu turning point of live terbesar gua, adalah ketika Alm. Ibu wafat. Dari situ kondisi dan situasi yang gua alami jadi aneh, kacau, dan tanpa arah. Hidup bagi gua udah nggak punya makna, karena satu-satunya orang yang jadi inspirasi gua dalam segala hal, udah nggak ada. Ninggalin gua, ninggalin kakak gua, juga ninggalin dua adik gua..

Pasca kejadian itu, kita berempat langsung diasuh oleh adik dari Alm. Ibu atau tante kita, yang biasa kita panggil Le' Suli. Adik-adik gua langsung diboyong kerumahnya, Lampung. Kakak gua mutusin tinggal di Jawa buat nemenin Mbah Putri, dan gua milih tetep tinggal dirumah, sendiri… ( Bokap dimana? Gua ga bisa ceritain disini, terlalu vulgar).

Gua selama tiga tahun ngejalanin masa SMA itu sendirian. Masa-masa itu bener-bener cuma gua abisin bareng temen-temen. Itulah alasan gua sampai sekarang ga bisa lupain yang namanya sahabat SMA. Bagi gua, mereka semua udah kaya saudara.
Lulus SMA, Bule' langsung nyuruh gua kuliah disana. Gabung sama adik-adik gua, dan keluarga baru gua. Dia bilang biar gua terkontrol, dan gua nurut, SNMPTN gua jadiin UNILA pilihan pertama. And then, I passed that test.

Sekian lama jadi single student, bikin gua lupa rasanya gimana punya keluarga. Iya sob, sampai lupa gua, gimana rasanya berebutan kamar mandi, makan malam sama-sama, tiap weekend bareng-bareng bersih-bersih rumah, gua lupa, gua lupa rasanya itu semua.

Akhirnya disini gua ngerasain semangat baru, semangat yang dulu sempet hilang. Hidup gua jadi teratur, ter-manage dengan baik. Maag ga pernah kambuh lagi, karena sekarang gua ga pernah telat makan. Emang, keluarga adalah kontrol terbaik diri.

Yang lebih gua suka, orang-orang disini punya kepribadian maha unik. Dimulai dari om gua, Batak tulen, Sitompul dia orang punya marga, haha… Sama kaya orang-orang Batak kebanyakan, bagi dia pendidikan adalah segalanya. Waktu gua kabarin lulus SNMPTN sob, dia girang bukan buatan. Ketauan banget, dia berharap banyak sama gua. Orangnya santai, suka julukin orang seenak jidat. Adik gua yang paling kecil, si Cahyo, dipanggil Baron. Jadi waktu itu ceritanya Cahyo main seharian ga pulang-pulang. Kita semua disuruh cariin dia, pas balik dia langsung dihakimin sekeluarga. Lansung keluarlah julukan itu,Cahyo alias Baron sang buron, hehe… Terus si Ari, dipanggil dia Jack si Pengembara (Yang mau tau lengkapnya, baca disini).

Terus ada Tante gua. Dialah eksekutor di rumah ini. Kalau ada yang terdakwa melanggar peraturan, dialah yang akan mengeksukusi. Entah dengan cara potong uang jajan, atau 'gaplokan tanpa iba' yang kalo kena bisa ga ilang seminggu bekasnya. Tapi kadang ia juga bisa bersikap selembut ibu peri, sebenernya sih tergantung amal ibadah kita.

Natalia katherine. Diialah anak semata wayangnya tante gua. Manja abis, wajar. Anak satu-satunya, udah gitu perempuan lagi. Suka nyanyi dengan nada yang diaransemen semau dia. Yang terkadang malah merusak keindahan lagu itu sendiri. Sering dia nyanyi lirik lagu A, dengan nada lagu B. Gangguan jiwa yang sering dialami remaja wanita Indonesia : merasa diri seorang diva.

Adik-adik gua. Si Ari dan Cahyo. Ari, mmh… Dia adalah contoh kongkrit lelaki korban pubertas. Kadang suka ga jelas, bikin orang rumah senewen ngeliat tingkah dia. Kalau Cahyo, anak ini sebenrnya cerdas. Dilahirkan dengan kejeniusan yang setara dengan kakaknya (Gua maksudnya). Namun apa emang udah kodrat, namanya orang cerdas, suka ngeremehin hal-hal kecil. Ulangan dia jeblok terus, tapi seklainya diajarin ,cepet banget connect-nya. Habis itu, langsung sok-sokan ngajarin temennya. Terus curhat ke gua "Mas, masa temen gua si Anu, gua ajarin ga ngerti-ngerti." Kadang gua ngeliat dia, sebagai prototipe anak SD yang dewasa sebelum waktunya. Oh iya hampir lupa, Cahyo ceweknya banyak. Ganti-ganti lagi. Cekacekaceka...

Terakhir gua, Cuma dikit aja sih penjelasannya : Yang paling ganteng dirumah.
Hahaha...